Harga minyak dunia kembali turun pada perdagangan terbaru akibat lonjakan persediaan minyak mentah Amerika Serikat yang lebih tinggi dari perkiraan. Kombinasi pasokan berlebih dan permintaan global yang belum pulih menjadi faktor utama yang menekan pasar energi. Investor tetap berhati-hati karena situasi ini membuat harga sulit menemukan pijakan untuk rebound.
Stok AS Meningkat dan Menekan Pasar
Laporan mingguan menunjukkan persediaan minyak mentah AS meningkat signifikan, menandakan konsumsi domestik belum mampu menyerap produksi yang terus tinggi. Kenaikan stok ini memicu aksi jual dan menambah tekanan pada harga minyak global.
Selain minyak mentah, stok bensin dan distilat juga mengalami peningkatan, menunjukkan permintaan sektor hilir yang lemah. Biasanya, musim dingin meningkatkan konsumsi energi, tetapi tahun ini tren tersebut belum terlihat jelas.
Permintaan Global Masih Lemah
Selain faktor pasokan, kondisi ekonomi global yang melambat menekan harga minyak. Aktivitas manufaktur dan transportasi di sejumlah negara besar masih menurun, sehingga kebutuhan energi tetap terbatas. Kebijakan suku bunga tinggi dari bank sentral utama menahan konsumsi dan investasi, memperkuat tekanan pada harga.
Produsen Minyak Belum Memberi Dukungan Signifikan
Pasar menunggu langkah konkret dari produsen untuk menstabilkan harga. Meskipun beberapa negara mengisyaratkan pemangkasan produksi tambahan, implementasinya belum cukup kuat untuk menahan kelebihan pasokan. Beberapa negara non-aliansi justru menambah produksi untuk memenuhi kebutuhan fiskal, memperburuk tekanan harga.
Prospek Harga Masih Negatif
Dalam jangka pendek, harga minyak diperkirakan tetap tertekan oleh lonjakan stok AS dan perlambatan ekonomi global. Pasar menunggu katalis baru dari pemangkasan produksi atau pemulihan permintaan global agar arah harga bisa berubah.
Faktor geopolitik dan kebijakan produsen tetap menjadi pemicu potensial volatilitas, namun sentimen utama saat ini masih bearish.












